Streetdirectory

  • Mengertilah Dalam Diamku



    Suatu hari, datanglah seorang laki-laki ke rumah Khalifah ‘Umar bin Khatab untuk mengadukan perihal isterinya terhadap dirinya. Beberapa saat lamanya, ia menunggu di depan rumah, kemudian ia mendengar suara isteri Amirul Mu’minin sedang menghamburkan kata-kata kasar kepada suaminya. Tetapi, ‘Umar hanya diam mendengarkannya.

    Lelaki itu-pun bertutur pada dirinya sendiri, “Seorang khalifah saja diperlakukan seperti itu, apalagi saya.”

    Tak lama kemudian, ‘Umar pun keluar, lelaki tersebut kemudian dipanggil dan ditanyakan tujuan kedatangannya. “Yaa Amirul Mu’minin ….. ,” ucapnya sendu, “Aku dating untuk memberitahukan perihal isteriku. Ia sangat cerewet dan suka mengucapkan perkataan kasar kepadaku. Akan tetapi, aku telah mendengar sendiri, bahwa isteri Anda sama dengan isteriku. Lalu akupun berfikir, kalau isteri Amirul Mu’minin saja begitu, apatah lagi isteriku.”

    “Adapun aku … ,” kata ‘Umar, “Aku tabah dan sabar menghadapi kenyataan itu karena isteriku menunaikan kewajiban-kewajibannya dengan baik. dialah yang memasak makananku, dia yang membuatkan roti untukku, dia yang mencuci pakaianku, dia yang menyusui anak-anakku … , padahal itu bukan kewajibannya sepenuhnya.”

    “Dan dia juga yang menentramkan hatiku, sehingga aku dapat menjauhkan diri dari pebuatan haram karena itulah aku tabah dan sabar apa saja yang dikatakannya mengenai diriku … “

    Dari kisah ini dapat terlihat bagaimana bijaksananya ‘Umar bin Khatab yang bukan hanya terkait pada dirinya dan rakyatnya, namun juga nampak kebijaksanaannya saat menghadapi amarah isterinya kepadanya.

    Begitulah sepatutnya seorang suami, Coba bayangkanlah Anda seorang suami, kata Salim A. Fillah dalam bukunya Bahagianya Merayakan Cinta, begitu banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan seorang istreri dalam sehari di rumah. Coba daftarlah berapa amanah yang harus diselesaikan olehnya mulai dari urusan anak, suami, rumah, pakaian, makan, mertua … Belum ditempat kuliah dan tugas-tugasnya atau di tempat kerjanya. Dan juga sepatutnyalah seorang isteri juga berfikir betapa banyaknya tekanan, kesulitan, godaan, dan ma’shiat yang bertubi menghantam jiwa suami selama seharian di luar. Janganlah menambah kelelahannya lagi dengan amarahmu, dan celotehanmu.

    Namun aku, cukuplah diamku menyiratkan amarahku karena aku tak ingin menyakiti hatimu dan siapapun yang mendengarkan celotehanku, karena aku tak ingin memekakkan telingamu, dan aku tak ingin membuat suasana semakin keruh. Kau terlalu berharga wahai suamiku untuk merasakan semua itu.

    Dengan diamku, aku bisa berfikir dan berdzikir. Mungkin segala sikap burukmu adalah penyebab dari ketidak becusanku melaksanakan kewajibanku sebagai istri bagimu, atau mungkin amarahku hanya sebuah naluriah sang Hawa yang selalu ingin diperhatikan lebih oleh sang kekasih hati. Aku akan mencari 1000 alasan untuk menyalahkan diriku sendiri, dan hanya 1 alasan untuk menyalahkanmu, sehingga dengan itu amarahku tidak terus berlarut.

    Bersabarlah atas sikapku, tenangkanlah dengan teduhnya kalimatmu, atau tinggalkanlah aku sebentar untuk berfikir dan menenangkan diri.

    Marah itu nikmatnya hanya sesaat, tapi penyesalannya bisa seumur hidup. Setan membesarkan rasa marah di hati kita, menambah nikmat dalam pelampiasannya agar kita mengkasarkan kata-kata dan mengkejikan tindakan sehingga rusaklah hubungan kita. Lalu, setan pergi sambil tersenyum puas karena dia telah memisahkan satu jiwa.
    “Aku tidak meninggalkan suami hingga aku telah memisahkannya (menceraikannya) dengan isterinya.” (rowahu Muslim)

    Ketika kau terus bertanya apa yang telah membuatku diam dan marah?, maka aku akan selalu menjawab, “Uhibbuka fillah lillah.” Alhamdulillah, aku tak pernah berhasil terus berlarut dalam amarah, tidak kecuali sebentar saja karena Cinta itu terlalu besar untuk membuatku marah.

    Maka mengertilah dalam diamku.

0 Comment:

Posting Komentar

Thank You For Ur Visit

.:Selami Ilmunya:.

.:Blog Sahabat:.

“Ingin aku ungkap semua dalam bait-bait kata bersahaja, dan mengikatnya dalam tulisan karena terkadang mulut sulit untuk berkata dan mengungkap semua ..."