Streetdirectory

  • Malam Pergantian Tahun di Rumah Quraani Miyaki

    Aku rebahkan tubuhku sejenak berusaha untuk merenggangkan otot-ototku kembali yang sedikit kaku setelah hampir 24 jam bergerak kesana-kemari, melompat-lompat, teriak-teriak. Eits…. Jangan sampai terbesit bahwa aku sedikit gila karena melakukan itu semua….

    Hari ini hampir 24 jam, senyum dan tawaku selalu terkembang melihat tingkah 18 orang anak, yang ana dan kedua orang temanku bimbing untuk menjadi generasi Penghafal Qur’an. Umur mereka berkisar 6 – 12 th, dengan karakteristik yang berbeda. Ada si imut dan si kalem Asma yang selalu memanggilku dengan sebutan “Ibu”, saat yang lainnya memanggilku “Ustadzah Fathiyah”, namun Asma tak bergeming untuk menggantinya. Ada si cabi dan si penakut Mufti yang selalu tersenyum dalam segala keadaan, walaupun saat aku protes bacaannya yang sering salah, baru kelas 4 SD Mufti udah hafal surah Muthoffifin loh walau dengan gaya menghafal anak-anaknya. Si Iftitah yang selalu banyak tanya perkara urusan dewasa, suatu kali dia bertanya saat halaqoh ta’aruf bersama mereka, “Ustadzah udah punya pacar?” aku jawab sambil tersenyum karena pertanyaannya yang sedikit lucu, “Iya sudah sayang, pacar ustadzah sekarang ada di Madinah.” “Cakep tidak ustadzah?” Iftitah melanjutkan pertanyaan, ana dan dua ustadzah lainnya yang sedari tadi berada di halaqoh ta’aruf itu tertawa mendengar pertanyaan Iftitah yang apa adanya, “Itu rahasia sayang, hanya ustadzah yang boleh tau,” jawabku dalam hati. Ada si kalem dan si cerdas Aminah yang cukup fasih berbahasa Jepang, yang juga anak pemilik Rumah Qur’ani Miyaki, dengan itu aku bisa mengambil kesempatan untuk muroja’ah dan menambah kosakata yang memang masih amat sedikit, Alhamdulillah sekarang sudah bisa menulis huruf Kanji 1 sampai 10, “Itu ustadzah tulisan Kanjinya bagus … Tadi bilang tidak bisa nulis,” anak-anak bimbinganku protes saat melihat hasil tulisanku karena aku tidak mengamini keinginan mereka untuk dituliskan tulisan Kanji yang menurut mereka sedikit susah. Ada si kecil Fauzan yang juga adik dari Aminah, dengan tingkah lucunya menolak untuk menulis Basmalah pada lembar kertasnya, “Ustadzah tidak usah saya tulis Bismillah nah, susah.” Akhirnya Fauzan mengurungkan niatnya, kemudian tampak senang karena ternyata dia bisa menuliskan kalimat Basmalah setelah aku bimbing. Ada si ‘Aisyah yang susah diatur dan banyak protesnya, tapi memiliki hafalan yang cukup memuaskan untuk anak seusianya. Dan masih banyak lagi dari mereka dengan tingkah jahil dan super aktifnya sehingga membuat kami sedikit kewalahan dan harus mengurut badan karena kecapean.

    Namun semua itu terbayar lunas saat aku merasa berharga di mata mereka. “Saya mau sama Ustadzah Fathiyah,” salah seorang anak merengek yang kemudian disusul dengan rengekan lima anak lainnya saat ustadzah Hafshoh membagikan halaqoh Tahfizhul Quraan untuk tiap anak. Begitu juga diwaktu sholat, “Saya mau dekat sholat dengan Ustadzah Fathiyah,” mereka saling berebut. Bahkan saat jam tidurpun minta untuk dikeloni hingga mereka tertidur, “Ustadzah tidak bisa tidur, letusan kembang api bikin rebut,” keluh Mutmainnah yang akhirnya terlelap setelah dibacakan surah An Naba’.

    MasyaALLAH merekalah para penerus generasi Rabbani, penegak Sunnah dan panji-panji Allah. Saat mereka, orang-orang di luar sana menghabiskan waktunya dengan perkara-perkara yang sia-sia, ma’shiat, dan bid’ah dalam memeriahkan malam pergantian tahun, mereka si kecil calon penghuni Jannah menghabiskan waktu liburnya dengan beribadah, membaca dan menghafalkan ayat-ayat Allah.

1 Comment:

  1. Budiman Asady mengatakan...

    membangun generasi rabbani,
    barokallah...

Posting Komentar

Thank You For Ur Visit

.:Selami Ilmunya:.

.:Blog Sahabat:.

“Ingin aku ungkap semua dalam bait-bait kata bersahaja, dan mengikatnya dalam tulisan karena terkadang mulut sulit untuk berkata dan mengungkap semua ..."