Streetdirectory

  • Saudagar Kaya yang Dermawan


    ”Ini adalah laba dari barang dagangan kalian yang diberi oleh Allah melalui tanganku. Demi Allah, aku tidak memberikan kalian sedikit pun dari hartaku, akan tetapi ini adalah karunia dari Allah bagi kalian melalui tanganku. Tidaklah seseorang memiliki daya untuk mendapatkan rezeki kecuali dari Allah.”


    Segala puji bagi Allah dengan segala sifat terpuji-Nya, kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan memohon ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari diri yang riya’ dan dari segala keburukan amal perbuatan kami. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada sayyidul awwalin wa akhirin, Muhammad Rasulullah, yang telah menjalankan amanah, memberi risalah, dan menyampaikan kabar gembira bagi umat. Semoga terlimpah pula kepada keluarga, sahabat, tabi’in dan yang selalu mengikuti sunnah beliau hingga akhir zaman.

    Rasulullah bersabda, ”Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.”

    Jadi, bila kelak diakhirat sang idola kita, yang begitu kita sanjung dan panuti segala tingkah laku dan ucapannya sekalipun, ia terjerumus dalam panasnya api neraka, maka bisa jadi kita juga akan turut masuk di dalamnya.

    Sepatutnya sebagai seorang muslim Rasulullah, Sahabat, dan pengikut beliau yang soleh dan solehah-lah yang kita jadikan panutan dalam kehidupan kita. Dengan kecintaan kita kepada tokoh-tokoh tiga generasi utama yang telah mendapatkan justifikasi dari Nabi sebagai sebaik-baik generasi, kita-pun akan dibangkitkan bersama mereka.

    Namun, mustahil akan timbul rasa cinta tanpa mengenal yang dicintainya. Mengenal kekasih adalah jembatan utama menuju cinta. Oleh karena itu mari kita mengenal salah satu kekasih Allah, seorang Tabi’in yang satu ini untuk mengambil suri tauladannya.

    Namanya An-Nu’man bin Tsabit, tetapi beliau lebih dikenal dengan nama Abu Hanifah. Dia lahir di tahun 80 H, wajahnya tampan dan ceria, fasih bicaranya dan santun tutur katanya, tubuhnya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek sehingga enak dipandang mata, penampilannya rapi dan wangi.


    Pedagang yang Dermawan.

    Abu Hanifah adalah orang pertama yang meletakkan dasar-dasar fiqih, dan menyingkap keutamaan dan keistemawaan yang ada didalamnya. Beliau lahir dan besar di kota yang penuh dengan halaqah majelis ilmu di setiap tempat. Ia pun belajar dari para ulama pada saat itu. Para khalifah dan Gubernur pun begitu memanjakan para penuntut ilmu dan ulama hingga rejeki datang kepada mereka dari segala arah tanpa mereka sadari.



    Meski demikian, Abu Hanifah senantiasa menjaga martabat jiwa dan ilmunya dari semua itu. Beliau senantiasa konsisten untuk menafkahi dirinya dari penghasilannya sendiri dan senantiasa memberi. Ia adalah seorang pedagang yang sangat dermawan tersebar hingga penjuru Timur dan Barat. Dari hasil dagangnya, ia hanya mengambil sedikit saja sesuai dengan yang ia butuhkan, sisanya dibelanjakan untuk kebutuhan para qari’, ahli hadits, ulama fiqih, dan para penuntut ilmu, seraya berkata, ”Ini adalah laba dari barang dagangan kalian yang diberi oleh Allah melalui tanganku. Demi Allah, aku tidak memberikan kalian sedikit pun dari hartaku, akan tetapi ini adalah karunia dari Allah bagi kalian melalui tanganku. Tidaklah seseorang memiliki daya untuk mendapatkan rezeki kecuali dari Allah.”


    Seorang yang Rajin Beribadah.

    Dengan segala keutamaan yang disandang oleh Abu Hanifah, beliau juga seorang yang rajin beribadah. Ia shaum di siang hari dan membiasakan seluruh malamnya untuk shalat. Setiap kali malam datang dan kegelapan menyelimuti alam, ketika semua lambung merebahkan diri, beliau bangkit mengenakkan pakaian yang indah, merapikan janggot, dan memakai wewangian kemudian berdiri di mihrabnya mengisi malam untuk ketaatan kepada Allah, terkadang mengkhatamkan Al Qur’an dalam satu rakaat. Belaiu juga akrab dengan Al Qur’an, dan sering beristighfar meminta ampunan kepada Allah di penghujung malam. Dia tidak tidur kecuali sedikit saja.

    Sebuah riwayat menyebutkan tatkala shalat malam, sambil menangis karena takut kepada Allah dengan tangisan yang menyayat hati, secara berulang-ulang Abu Hanifah membaca firman Allah, ”Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dasyat dan lebih pahit.” (Al Qamar: 46)

    Telah diketahui oleh banyak orang bahwa selama lebih dari 40 tahun, beliau melakukan shalat Fajar dengan wudhu shalat Isya dan mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak 7000 kali. Setiap kali membaca surat Al Zalzalah, jasadnya dan hatinya bergetar sambil berdo’a, ”Wahai yang membalas sebesar dzarrah kebaikan dengan kebaikan, dan sebesar dzarrah keburukan dengan keburukan, selamatkanlah hamba-Mu Nu’man dari api neraka dan jauhkanlah dari apa-apa yang bisa mendekatkan dengan neraka, masukkanlah ke dalam luasnya rahmat-Mu, ya Arhamarrahimin.”



    Bukti akan Kepandaian dan Kecerdasannya.

    Suatu ketika, Abu Hanifah menjumpai Imam Malik yang tengah duduk bersama sahabatnya. Setelah Abu Hanifah keluar, Imam Malik bertanya kepada sahabatnya, ”Tahukah kalian siapa dia?” Mereka menjawab, ”Tidak.” Beliau berkata, ”Dialah Nu’man bin Tsabit, yang seandainya berkata bahwa tiang masjid itu emas, niscaya perkataannya dipakai orang sebagai argumen.”

    Tidaklah berlebihan apa yang dikatakan oleh Imam Malik dalam menggambarkan diri Abu Hanifah sebab beliau memiliki kekuatan dalam berhujjah, cepat daya tangkapnya, cerdas dan tajam wawasannya.



    Sewaktu ketika, Abu Hanifah berjumpa dengan seorang atheis yang mengingkari adanya Tuhan dan yang mengendalikan alam semesta. Abu Hanifah bercerita kepada mereka, ”Bagaimana pendapat kalaian jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang, penuh dengan barang-barang dan beban. Kapal tersebut mengarungi samudera. Gelombangnya kecil, anginnya tenang. Akan tetapi, setelah kapal sampai di tengah laut tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya, kapal tersebut berlayar dengan tenang sehingga tiba ditujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tidak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan kapal. Masuk akalkah cerita ini?”

    Atheis itu berkata, ”Tidak mungkin, itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal, bahkan oleh khayal sekalipun wahai syaikh.” Lalu Abu Hanifah berkata, ”Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal yang berlayar sendiri tanpa adanya pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang berterbangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaannya dan mengaturnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada Allah?”



    Begitulah Abu Hanifah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyebarkan dienullah dengan kekuatan argumen yang dianugerahkan oleh Al Khaliq kepadanya. Beliau menghadapi para penentang Islam dengan argumentasi yang tepat.



    Kematiannya.

    Pada tahun 150 Hijriah, Ia menghembuskan nafasnya dan dishalati sekitar 50 ribu orang. Abu Hanifah dikuburkan di Baghdad. Beliau berwasiat agar dikebumikan di tanah yang baik, jauh dari segala tempat yang berstatussyubhat atau hasil ghashab.



    Ketika wasiat tersebut terdengar oleh Amirul Mukminin Al Manshur, beliau berkata, ”Siapa lagi orang yang lebih bersih dari Abu Hanifah dalam hidup dan matinya.”



    Al Hasan bin Amarah setelah memandikan jenazahnya berkata, ”Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Anda wahai Au Hanifah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa Anda karena jasa-jasa yang telah Anda lakukan, sungguh Anda tidak pernah putus shaum selama 30 tahun, tidak berbantal ketika tidur selama 40 tahun, dan kepergian Anda akan membuat lesu para fuqaha setelah Anda.”

    Begitulah kisah sang dermawan yang cerdas dan rajin beribadah. Hidupnya dihabiskan dengan ketaatan kepada Rabb-nya, yang patut dijadikan suri tauladan oleh umat. Lantas mengapa kita harus menyebrang ke Barat dalam mengambil seorang idola demi kemajuan diri sendiri dan bangsa. Masih banyak lagi kisah-kisah para pendahulu kita yang sholeh dan sholehah yang patut kita jadikan sebuah contoh, hanya saja kita kurang menyadarinya atau bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.

    *Dari berbagai sumber

    Catatan Fathiyah Ummu Arsyad

1 Comment:

  1. Info CPNS mengatakan...

    Smoga orang yg kita cintai adalah mereka yg kelak akan menjadi penghuni surga firdaus, yg dimuliakan dan diridhoi oleh Allah Subuhanahu wa Ta'ala

Posting Komentar

Thank You For Ur Visit

.:Selami Ilmunya:.

.:Blog Sahabat:.

“Ingin aku ungkap semua dalam bait-bait kata bersahaja, dan mengikatnya dalam tulisan karena terkadang mulut sulit untuk berkata dan mengungkap semua ..."